![]() |
"Di tengah rimba, duduk merenung menanti harapan yang tak pasti. Bersama kabut mendampingiku. Itulah anak gunung yang korban derita menanti rencana Tuhan, yang sempurna" (A.Y). Doc/awipa/mkw |
Papua Tanah Terluka
Tanah Papua, tanah surga,
Tanah yang kaya akan kekayaan,
Dan keindahannya yang elok
seperti senja di Kaimana.
Walaupun dingin Wamena menusuk
Di sendi-sendi, dan lubuk yang terdalam.
Serasa luka penjajahan masih terasa,
Dan hati kecilku terus merana.
Walau tanah ini berharga,
Seperti emas di Timika.
Dan ratu cendrawasih yang cantik dan kuat.
Namun tetap di injak ....
Injak oleh tangan-tangan yang kejam,
Demi kepentingan kekayaan
Yang tidak peduli dengan damai, tuk
Menghabiskan.
Walau di jaga dengan teguh,
Sekeras seperti batu karang di Biak,
Demi manisnya jeruk Nabire.
Dan bunga pala di Fakfak yang perma
Pun dipetik oleh tangan kotor
Yang hanya mencari keuntungan sendiri.
Lukaku teruslah merana
Tidak akan sembuh, walau pesona Serui
Memamerkan di tengah derita.
Jerita paya dan sedih air mata di Ndugama
Tetap terus mengalir,
Walau batu karang di Biak keras
Kemanaka aku ...!
Ingin sekali ke Kota Sorong
Suka yang dinamis, tapi dihalangi oleh rantai
Penjajahan yang berat. Tiada tempat nyaman
Untuk aku berteduh.
Harapan satu-satunya
Harus ke Manokwari, untuk serahkan kepada
Tuhan dari pulau Mansinam yang suci,
Agar iblis takut akan Tuhan dan peduli
kesucian, demi damai seperti danau sentani di Jayapura
Manukwar, 12 Juli 2025
Karya: Alpius alias Pedis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar