Ketika Mama Papua menangis, perbukitan ikut menjerit, - AWIPA-MKW

Breaking

Senin, 01 November 2021

Ketika Mama Papua menangis, perbukitan ikut menjerit,

 

Mama Papua (Menangis) I AWIPA-MKW



Aku adalah mutiara yang indah, yang diambil dari alam Papua oleh putri Gunung untuk menghias derita Mama Papua.


Ketika Mama Papua menangis, perbukitan ikut menjerit,


kalau Mama Papua merendahkan diri, alam semesta bersukacita; kalau Mama Papua membungkuk,


seluruh putra/putrinya ditinggikan.


Bumi dan langit adalah kekasih. Dan diantara mereka aku adalah utusan belas kasihan.


Ingin menghapuskan airmatanya; Demi derita yang sedang dialaminya selama 50 tahun dibawah kolonialisme NKRI.


Suara guntur menyatakan ketibaanku; pelangi mengumumkan keberangkatanku.


Aku adalah seperti kehidupan dibumi, yang dimulai di kaki dan berakhir di bawah sayap-sayap maut yang dibangkitkan.


Aku timbul dari jantung laut dan melambung bersama hembusan angin.Kalau aku melihat bayi manangis, aku turun dan merangkulnya dengan penuh belas kasihan sebagai pengantinya ibunya yang telah terbunuh karena kekejaman Indonesia.


Dengan lembut kesentuh alam dan nyanyian tulang belulang. Semua dapat mendengarnya yang telah pergi dan yang akan lahir dari rahim Mama Papua, tetapi hanya yang peka yang dapat memahaminya.


Aku adalah keluhan air mata


senyum burung Cenderawasih


Air mata sorga di ufuk terbitnya Sang Bintang Kejora.


Jadi dengan kasih air mataku dalam kasih sayang, senyum Mama Papua bersama rohnya; air mata  dari sorga kenangan tiada akhirnya.



Manokwari, 02 November 2021

Karya : Reni W. Pigai


Tidak ada komentar: