![]() |
Gambar: Pulau Raja Ampat yang begitu indah dan mega di balik luka akhir merampo yang tak pernah obati. |
Pernah kulihat di matamu,
Pantulan surga dalam biru laut yang tenang,
Pulau-pulau kecil bagaikan permata,
Berbaris rapi dalam nyanyian alam yang panjang.
Dulu, engkau hidup—riang dan berseri,
Hijau menyapa, karang berseri-seri,
Setiap jengkalmu adalah pujian,
Bagi Tuhan dan ciptaan.
Namun kini...
Separuh tubuhmu menghitam,
Air jernih berubah kelam,
Langit tak lagi memelukmu dengan mesra,
Kau tercekik, kau merana.
Apa salahmu hingga dikhianati?
Apa dosamu hingga digerogoti?
Apakah emas lebih berharga
Dari nyawa hutan dan cahaya samudra?
Wahai Raja dari Timur Indonesia,
Tangismu tenggelam dalam suara mesin,
Dan kami, manusia, terlalu tuli
Untuk mendengar bisikan kesedihanmu yang lirih.
Andai waktu bisa diulang,
Kami akan peluk hijau daunmu yang terakhir,
Dan janjikan padamu, wahai alam,
Bahwa cinta tak selalu datang terlambat.
Karya: Otis Wakei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar